Rainwater Harvesting, Unika Atma Jaya
Bagaimana Cara Kita Memelihara Ketersediaan Air untuk Indonesia?
Program Pemanenan Air Hujan (Rainwater Harvesting)
Bagaimana cara kita berkontribusi mengatasi kelangkaan air bersih, secara cermat, efisien, dan cerdas menggunakan teknologi murah, mudah, serta ramah terhadap lingkungan? BPLHD Jakarta pada 2012 menyebutkan hanya 15% penduduk Jakarta yang mendapatkan air bersih. Artinya, Jakarta semakin mengalami krisis air bersih. Faktanya, Jakarta yang dialiri oleh 13 sungai, seharusnya potensial untuk memanen air bersih. Tetapi tingkat pencemaran yang memprihatinkan, dengan 70% sumber pencemaran utama dari limbah domestik menyebabkan langkanya air bersih. Bayangkan, Sungai Ciliwung saja ‘menghasilkan’ sekitar 600 ton sampah per hari. Walaupun 53% warga Jakarta menggantungkan nasibnya pada cadangan air tanah, jelas eksploitasi air tanah, bukanlah solusi jangka panjang yang cerdas. Meskipun 47% warga Ibu Kota menggunakan air pipa, tentu saja penggunaan air pipa juga bukanlah solusi cerdas untuk jangka panjang bagi Jakarta. Belum lagi jika kita mencermati situasi yang semakin sulit di Jakarta Utara untuk mendapatkan air bersih harus berjuang menghadapi intrusi air laut dan banjir rob. Situasi yang kian memburuk akan berdampak langsung pada masyarakat menengah ke bawah yang semakin kesulitan mendapatkan air bersih. Dengan mencermati kesulitan Jakarta yang kian rumit, maka Unika Atma Jaya tertantang untuk mengembangkan program Rainwater Harvesting (RWH) yang telah dirintis sejak 2010 sebagai solusi cermat, efisien, dan cerdas menggunakan teknologi murah, mudah, serta ramah terhadap lingkungan bagi masyarakat Jakarta. Biaya pembuatan tangka RWH berkapasitas 42.000 liter sebeser 130-150 juta rupiah. Jika kebutuhan air untuk MCK setiap orang 70 L/hari, maka satu tangki RWH dapat memenuhi kebutuhan 700 orang. Jumlah tersebut kira-kira setara dengan jumlah penduduk satu RW. Kita hitung pengeluaran tiap penduduk jika dibangun satu tangki RWH, tiap orang mengeluarkan kurang lebih Rp. 200.000,00. Sumber dana juga dapat berasal dari CSR yang bekerja sama dengan masyarakat. Target kami dalam tantangan selanjutnya adalah minimal 100 RW di Jakarta memiliki tangki RWH dalam 5 tahun ke depan, berarti setidaknya dalam satu tahun dibangun 20 tangki RWH di Jakarta. Lokasi pembangunan RWH dapat menggunakan fasilitas umum, misalnya sekolah, taman, tempat ibadah. Cara ini akan menjamin keterpakaian dan pemeliharaan tangki berbasis komunitas. Tantangan pengadaan air bersih diusulkan karena urgensi ketersediaan air bersih akan berpengaruh langsung pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kelangkaan air bersih terbukti menginisiasi hadirnya penyakit, termasuk penyakit menular. Tugas kita untuk turun tangan dan terlibat dalam menghadirkan air bersih bagi Jakarta yang lebih sehat. Harapannya, keberhasilan RWH di Jakarta dapat diduplikasi ke seluruh Indonesia. Air bersih untuk Jakarta, untuk Indonesia dimulai dari kita sejak saat ini!
Penduduk Jakarta tanpa memandang strata sosial apapun akan menjadi penerima manfaat terbesar. Bahkan, karena Jakarta merupakan barometer Indonesia, maka di masa mendatang program ini memicu program-program serupa di seluruh Indonesia sehingga dalam waktu tidak terlalu lama seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati air bersihyang “murah” dengan teknologi yang cerdas, mudah, serta ramah lingkungan. Indikator capaian tantangan ini adalah realisasi 200 tangki RWH bagi 200 RW setiap tahun di Jakarta. Indikator 5 tahunan adalah tercapainya 1.000 RWH di Jakarta. Secara berturut-turut 200 RW akan dibangun tiap tahun di: Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu.
Pengusul tantangan ini adalah Unika Atma Jaya, salah satu universitas di jantung ibukota Jakarta dan berdiri sejak 1 Juni 1960. Program RWH yang diinisiasi sejak 2010 dengan desain awal Water for School, dipelopori oleh Fakultas Kedokteran kami. Tangki RWH generasi awal didesain sebagai hasil Tugas Akhir salah satu alumnus program studi Teknik Mesin Unika Atma Jaya. Program RWH telah dimulai pada 2010 di wilayah Kecamatan Penjaringan dan Pantai Harapan Jaya, Bekasi, dan bersama dengan beberapa mitra industri, termasuk Pemerintah DKI Jakarta, hingga kini telah berhasil mengadakan RWH di 22 SDN dan 3 SMPN di wilayah Pluit, Pantai Harapan Jaya, Penombo (Bekasi), Kamal Muara, Pejagalan, Kapuk Muara, dan Penjaringan. Di tahun 2016 ini, replikasi tim RWH telah direplikasi di Fakultas Teknik dengan memenangi pendanaan salah satu CSR perusahaan besar. RWH Unika Atma Jaya juga melibatkan tenaga ahli untuk bidang kesehatan, psikologi sosial, dan teknik; sehingga program ini layak disebut sebagai program integrative pemberdayaan masyarakat. Kerja sama dengan pemerintah dan industri (melalui CSR) akan memberikan jaminan ketersediaan tangka RWH bagi komunitas yang paling membutuhkan. Selain itu, kerja sama dengan masyarakat setempat dapat menjamin pemeliharaan berkala serta rasa kepemilikan terhadap tangki RWH.
Elisabeth Rukmini, Ph.D.
Warek IV Bidang kerja sama, riset, & pengembangan
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Comments :